Perkembangan teknologi di masa kini betul-betul pesat dan mencengangkan. Puluhan tahun silam, kita mungkin hanya bisa melihat berbagai kecanggihan teknologi melalui khayalan manusia yang tertuang di film ataupun cerita fiksi ilmiah. Mulai dari telepon pintar, kendaraan yang bisa menyetir sendiri dan masih banyak lagi.
Salah satu yang lumayan sering diangkat sebagai tema fiksi ilmiah adalah kehidupan modern yang dipenuhi oleh teknologi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI). Untuk mengambil sisi dramatis dan heroik, maka robot-robot dengan kecerdasan buatan diplot sebagai tokoh antagonis, dimana manusia akan berperang dengan robot seperti yang bisa kita saksikan dalam rangkaian film Terminator, misalnya.
Kecerdasan buatan yang dikembangkan Facebook memberontak
Kita mungkin terpukau menyaksikan aksi Arnold Schwarzenegger maupun Christian Bale dalam seri Terminator sambil menyangsikan itu semua bisa terjadi di kehidupan nyata. Robot yang merupakan ciptaan manusia melakukan pemberontakan dan menyerang manusia untuk menciptakan dunia bagi kaum robot? Ayolah, yang benar saja!
Namun sayangnya, hal itu memang mungkin terjadi. Dan sudah terjadi. Beberapa waktu lalu, Facebook menutup salah satu sistem kecerdasan buatan miliknya karena chat bots menolak kode yang disediakan dan justru mulai berbicara dalam bahasa mereka sendiri. Menurut kabar, Facebook harus menarik plug pada sistem kecerdasan buatan yang sedang digunakan oleh para peneliti karena sistem tersebut tiba-tiba berhenti menggunakan bahasa Inggris dan menciptakan sebuah bahasa baru yang hanya dapat dimengerti sistem kecerdasan buatan.
Perilaku menyimpang dari kecerdasan buatan itu mulai diketahui pada bulan Juni lalu, dimana para peneliti dari Facebook AI Research Lab (FAIR) menemukan bahwa sistem kecerdasan buatan yang mereka buat berusaha untuk meningkatkan chat bots untuk menciptakan bahasa mereka sendiri. Bot tersebut pun akhirnya mulai keluar dari program yang sudah ditentukan dan berkomunikasi dalam bahasa baru tersebut tanpa campur tangan media apapun.
Mark Zuckerberg VS Elon Musk
Kejadian ini seolah membenarkan ramalan Elon Musk, bos perusahaan antariksa swasta SpaceX yang juga pemilik Tesla Motor. Menurut Musk, kecerdasan buatan punya potensi untuk mengambil alih kehidupan umat manusia kalau tidak digunakan secara baik. Ia pun memperingatkan pemerintah Amerika Serikat untuk segera membuat peraturan terkait kecerdasan buatan sebelum semuanya terlambat.
“Saya akan terus memperingatkan bahwa sampai orang melihat robot turun ke jalan untuk membunuh manusia, mereka tak akan tahu bagaimana bereaksi, karena hal itu tampaknya berjalan lembut. Kecerdasan buatan adalah risiko fundamental untuk eksistensi peradaban manusia,” demikian ujar Elon Musk beberapa waktu lalu.
Bukan tanpa sebab jika Musk memiliki kekhawatiran terhadap kecerdasan buatan. Elon Musk diketahui juga menjadi pendiri OpenAI, perusahaan riset non-profit yang bertujuan untuk menemukan standar operasional yang aman dalam penerapan kecerdasan buatan. Dirinya pun tengah mengembangkan perusahaan baru bernama Neuralink yang bermaksud menciptakan teknologi untuk menghubungkan otak manusia ke peranti lunak komputer. Dengan demikian, fungsi otak bisa direplikasi menjadi sebuah program. Jadi, boleh dibilang Elon Musk paham benar resiko dari pengembangan kecerdasan buatan karena ia sendiri juga merupakan penghamba teknologi yang tertarik untuk mengembangkan kecerdasan buatan.
Hal ini nampaknya justru berkebalikan dengan apa yang dipikirkan oleh Mark Zuckerberg, si empunya Facebook. Menurut Mark, apa yang dikatakn Elon Musk adalah sesuatu yang tak bertanggung jawab. Zuckerberg memang dikenal mendukung pengembangan kecerdasan buatan karena dipandang akan mempermudah kehidupan manusia di segala bidang. Elon Musk pun tak menyangkal hal tersebut, namun Musk beranggapan bahwa apa yang dipahami Zuckerberg soal kecerdasan buatan hanya sebatas itu karena tak mempertimbangkan resiko terburuk dari pengembangan kecerdasan buatan.
Betapapun menguntungkannya bagi kehidupan manusia, perkembangan kecerdasan buatan tetap membutuhkan pengawasan ketat agar tidak terjadi hal-hal mengerikan seperti di film Terminator.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar