Founder: Budi Handoko, Thomson Napitupulu, Nalendra Perkasa, Tri Rumekso Wibowo, dan Dennis Wong
Industri: agregator jasa logistik, first mile shipping
Status pendanaan: bootstrapping
- Per Oktober 2017, Shipper telah bekerja sama dengan sekitar sembilan belas perusahaan logistik untuk mengambil barang dari pengguna dan mengantarnya ke penyedia jasa pilihan.
- Shipper tidak memungut biaya ke pengguna, melainkan mengambil komisi dari mitra perusahaan logistik atas pengantaran barang yang dilakukannya.
Bermula dari pengalaman pribadi yang kesulitan melakukan tracking saat berbelanja di berbagai toko online, Budi Handoko memutuskan untuk mendirikan startup logistik bernama Shipper. Startup tersebut memungkinkan para penggunanya membandingkan layanan dari berbagai jasa logistik dalam hal harga dan waktu pengiriman.
Setelah membandingkan harga, kamu bisa langsung memesan jasa logistik tertentu. Kurir Shipper akan menjemput barang yang hendak kamu kirimkan dan mengantarnya ke jasa logistik yang terpilih. Mereka juga bisa membantu kamu memonitor proses pengiriman dengan lebih mudah.
Mulai berdiri sejak Desember 2016, saat ini Shipper telah beroperasi di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Kediri, dan Surakarta. Di setiap kota, mereka mempunyai sekitar tiga kurir yang bertugas untuk mengambil barang dari lokasi pengguna. Mereka berencana untuk menghadirkan layanan mereka di dua puluh kota besar lainnya dalam dua bulan ke depan.
“Kami mencoba melihat masalah yang ada. Selama ini, jasa logistik tidak bisa mengambil barang ke rumah pengguna. Karena itu sekarang kami yang ambil, lalu kami taruh di jasa logistik,” jelas Budi kepada Tech in Asia Indonesia.
Gandeng sembilan belas perusahaan logistik
Menurut Budi, layanan yang ia buat ini bisa membantu para pemilik toko online sehingga tidak perlu lagi repot mengantar barang dagangan ke jasa logistik. Selain itu, Shipper juga menjadi sumber penghasilan baru bagi para kurir yang bertugas menjemput barang dari lokasi pengguna ke agen logistik.
“Solusi ini akan menyelesaikan masalah first mile dalam rantai logistik. Kami sengaja mengambil sisi tersebut karena merasa sudah banyak perusahaan yang kuat di ranah middle mile dan last mile,” tutur Budi.
Untuk menggunakan layanan Shipper, para pengguna pun tidak perlu membayar biaya tambahan. Mereka mengambil komisi dari jasa logistik yang bekerja sama dengan untuk mendapat pemasukan. Saat ini, mereka telah bermitra dengan sekitar sembilan belas perusahaan logistik di tanah air, mulai dari JNE, TIKI, J&T, Pos Indonesia, SiCepat, NinjaXpress, hingga Grab.
Shipper mengklaim bahwa layananya telah digunakan oleh sekitar 1.800 pedagang online, dengan rata-rata ongkos kirim barang yang dilayani sekitar Rp29.000. Sejak berdiri, mereka masih beroperasi dengan dana pribadi para founder (bootstrapping) dan beranggotakan tujuh orang tim.
Menurut Budi, pihaknya masih menghadapi tantangan dalam hal menggaet pengguna. Untuk itu, ia berusaha untuk terus melakukan edukasi tentang kemudahan yang mereka tawarkan.
Di Indonesia sendiri, telah ada layanan yang serupa dengan Shipper, seperti PickPack yang kini fokus pada pasar business-to-business (B2B). Mereka pun harus bersaing dengan startup asal Malaysia, EasyParcel, yang telah masuk Indonesia dengan layanan yang tak jauh berbeda.
Shipper (Beta)
GRATIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar