Founder: Oki Earlivan Sampurna
Industri: traveling
Status pendanaan: mendapat suntikan dana sebesar US$250 ribu (sekitar Rp3,4 miliar) dari angel investor.
- Triplogic memungkinkan kamu untuk mengirimkan barang dengan memanfaatkan bagasi kosong milik penumpang pesawat. Sebagai gantinya, pemilik bagasi akan mendapatkan uang.
- Triplogic hanya memiliki tiga kelas berdasarkan lamanya durasi perjalanan. Tarif termurah yakni perjalanan 1,5 jam dipatok Rp35 ribu per dua kilogram. Sedangkan perjalanan 1,5 hingga 2,5 jam dipatok Rp40 ribu per dua kilogram, dan perjalanan di atas 2,5 jam dipatok Rp45 ribu per dua kilogram.
- Triplogic mengambil 25 persen dari tiap transaksi. Para pelancong bisa mencairkan sisanya dari akun mereka.
- Selain mendapat uang, traveler juga mendapat poin yang bisa ditukarkan di merchant mitra Triplogic, seperti toko oleh-oleh, hotel, atau untuk beli tiket pesawat lagi.
Berawal dari pengalaman pribadi yang kerap melakukan traveling tanpa membawa bagasi ketika menggunakan pesawat, Oki Earlivan Sampurna terpikir mendirikan sebuah startup bernama Triplogic yang mampu memberdayakan bagasi kosong milik traveler agar bisa menghasilkan uang.
Ketika mendirikan Triplogic pada Mei 2017, Oki melihat ada kebutuhan yang saling berkaitan antara penumpang pesawat dan kebutuhan pengiriman barang yang cepat. Penumpang pesawat tak bisa meminta refund atau kompensasi atas bagasi kosong tak terpakai ketika menumpang pesawat. Padahal, kata Oki, itu merupakan hak penumpang. Sementara di sisi lain, ada pihak yang menginginkan kecepatan dalam pengiriman barang, seperti toko online.
“Kebetulan saya juga aktif di online shopping. Saya pengin barang sampai hari ini. Tapi itu mahal sekali kalau harus sampai satu hari. Jadi saya harus menunggu dua atau tiga hari. Kami melihat ada peluang dari bagasi kosong orang yang sering traveling,” jelas Oki yang kini menjabat sebagai CEO Triplogic kepada Tech in Asia Indonesia.
Cara kerja Triplogic ini cukup sederhana. Barang yang akan dititipkan ke traveler nantinya dijemput oleh feeder, yang merupakan mitra pengemudi dari Triplogic. Mereka biasanya juga bekerja di perusahaan penyedia layanan on demand. Tugas feeder adalah mengantar barang tersebut ke bandara, dan di bandara akan diterima oleh petugas Triplogic.
Barang tersebut kemudian dipindai menggunakan mesin milik Angkasa Pura untuk mengetahui isinya, kemudian akan ditambahkan kemasan berlogo Triplogic. Petugas Triplogic selanjutnya mengurus proses check in traveler sekaligus barang yang akan dimasukkan bagasi. Saat traveler tiba di bandara, petugas Triplogic akan memberikan boarding pass sehingga traveler bisa langsung naik pesawat.
Sesampainya di bandara tujuan, traveler bertugas mengambil barang berlogo Triplogic dari bagasi pesawat. Selanjutnya, traveler akan menyerahkan barang tersebut kepada petugas Triplogic yang sudah menunggu di pintu kedatangan. Barang kemudian akan kembali dikirim menggunakan feeder ke alamat tujuan.
“Traveler tak mengetahui bentuk barang, tapi dia tahu isi barangnya karena kami infokan. Proses pengiriman barang bisa dipantau melalui empat hingga lima kali notifikasi, yakni barang diambil, barang sampai bandara, barang berangkat, barang turun di bandara tujuan, dan barang menuju alamat pengiriman. Kami juga memberikan asuransi lost and damage,” kata Oki.
Untuk tarifnya, Oki menjelaskan Triplogic hanya memiliki tiga kelas berdasarkan lamanya durasi perjalanan. Tiga kelas itu yakni perjalanan pesawat dengan durasi 1,5 jam; perjalanan dengan durasi 1,5 hingga 2,5 jam; dan durasi perjalanan di atas 2,5 jam.
Tarif termurah yakni perjalanan 1,5 jam dipatok Rp35 ribu per dua kilogram. Sedangkan perjalanan 1,5 hingga 2,5 jam dipatok Rp40 ribu per dua kilogram, dan perjalanan di atas 2,5 jam dipatok Rp45 ribu per dua kilogram.
“Kami hanya mengambil 25 persen dari tiap transaksi. Selebihnya untuk traveler. Uang ini bisa dicairkan traveler dari akun mereka. Selain mendapat uang, traveler juga mendapat poin yang bisa ditukarkan di merchant mitra kami seperti toko oleh-oleh, hotel, atau untuk beli tiket pesawat lagi,” ucapnya.
Enggan bersaing dengan perusahaan logistik
Oki mengatakan hingga saat ini belum ada kompetitor yang memiliki layanan sama persis dengan Triplogic. Namun ia tak menampik sudah ada perusahaan logistik seperti JNE, TIKI, atau Pos Indonesia yang menyediakan layanan hampir serupa dengan Triplogic.
Meski begitu, Oki menuturkan pihaknya tak bersaing dengan perusahaan-perusahaan logistik tersebut karena Triplogic memiliki metode pengiriman yang berbeda. Ketimbang menganggap mereka sebagai kompetitor, Triplogic justru terbuka terhadap kemungkinan berkolaborasi. “Karena sekarang zamannya sharing. Kalau bisa sharing sama-sama, enggak perlu bersaing,” ujar Oki.
Monetisasi yang dilakukan Triplogic tak hanya berasal biaya pengiriman yang dibayarkan oleh pengirim barang. Mereka juga mendapat komisi dari toko ritel atau e-commerce yang memakai jasa mereka.
Bagi traveler yang tak ingin dititipkan barang namun ingin proses check in dan bagasinya diurus, Triplogic juga menyediakan layanan check in dan handling bagasi dengan biaya Rp10 ribu. Saat ini, Triplogic sudah mendapat pendanaan sebesar US$250 ribu (sekitar Rp3,4 miliar) dari angel investor yang tak disebutkan namanya.
Triplogic
GRATIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar