Jakarta, 2 September 2015 – Startup Indonesia Snapcart mengumumkan peluncurannya hari ini dengan dukungan dari brand FMCG ternama seperti Nestlé dan L’Oreal sebagai partner dan pendanaan awal dari Ardent Capital.
Snapcart adalah aplikasi mobile di Indonesia pertama yang memungkinkan pembeli mendapatkan cashback dari foto struk belanja mereka dan memungkinkan brand berinteraksi lebih dalam dengan konsumer melalui aktivitas di app seperti survei dan selfie. Mekanisme cashback didukung oleh brand, sehingga memberikan mereka akses ke analisis konsumer secara real-time dari seluruh negeri dan untuk menargetkan pembeli dengan penawaran dan kampanye yang telah dipersonalisasi dan dilokalisasi — yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena kurangnya data live.
I. Gambaran pasar & awal mula Snapcart
“Saat bekerja di Procter & Gamble saya menyadari pentingnya berfokus kepada pembeli, namun kurang nya data mendalam dan pengetahuan terbaru tentang pembeli menjadi kendala di marketing. Namun, setelah bekerja sebagai konsultan di perusahaan ternama dan mendapatkan pengalaman memimpin situs iklan online Berniaga.com, saya belajar bagaimana Big Data bisa mempengaruhi perilaku pembeli secara positif,” ujar Reynazran Royono, Founder dan CEO Snapcart.
Pentingnya memahami konsumer Indonesia juga digarisbawahi oleh tren demografik Indonesia yang cepat berubah. Indonesia sedang dalam proses menjadi salah satu pasar konsumer terbesar di dunia, dengan Boston Consulting Group mengestimasi kelas menengah ke atas di negeri ini akan bertambah dua kali lipat menjadi 141 juta orang pada 2020. Namun, mayoritas dari konsumer ini masih berbelanja secara offline, dan ecommerce hanya menyumbang kurang satu persen dari total transaksi ritel saat ini.
“Pertanyaan yang harus dijawab semakin jelas: ‘bagaimana kita mengaplikasikan kemampuan online di bisnis offline?’”
II. Bagaimana cara kerja Snapcart?
- Pembeli mencari promosi terbaru di aplikasi Snapcart untuk mendapatkan promosi cashback dari brand yang telah menjadi partner.
- Setelah berbelanja, jangan buang struk belanjaan, namun foto struk belanjaan Anda untuk mendapatkan cashback. Tidak seperti kupon di tempat lainnya, tidak ada batasan tempat dimana Anda bisa berbelanja. Snapcart memberikan kenyamanan yang lebih karena pembeli bisa menerima ekstra diskon dimana saja lokasinya.
- Hadiah tambahan tersedia melalui interaksi brand yang tersedia di app seperti mengisi survei produk atau mengupload selfie dan mereview produk. Aktivitas-aktivitas ini memungkinkan Snapcart untuk mengumpulkan banyak data dalam level individual yang kemudian memberi brand kesempatan untuk memberikan penawaran yang relevan dan personal bagi pengguna, menciptakan situasi win-win bagi brand dan konsumer.
- Uang kemudian didepositkan langsung ke akun bank milik konsumer setelah mencapai nilai jumlah minimum tertentu.
III. Solusi pasar berkembang dengan teknologi baru
Snapcart membangun sebuah solusi yang mengumpulkan dan menganalisa data mentah dari struk belanja dan mengubahnya menjadi informasi yang bisa ditindaklanjuti. Ini kemudian diagregrat menjadi wawasan bagi brand secara real-time, baik itu 50 atau 50,000 struk belanja.
“Ini merupakan tantangan teknologi yang kompleks. Kami membangun sebuah ekosistem yang memproses ribuan format struk belanja, dimana AI dan Big Data merupakan komponen kunci. Ini memberikan kami kemampuan untuk memahami konsumer dan perilaku mereka dari informasi kolektif, sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin,” ujar Laith Abu Rakty, CTO dan Co-founder dari Snapcart.
IV. Mengapa brand bekerjasama dengan Snapcart?
Brand FMCG (fast-moving consumers goods) telah lama bergantung kepada marketing di toko dan iklan offline yang berbiaya besar untuk meningkatkan penjualan mereka. Media baru seperti Facebook dan Google biasanya digunakan untuk untuk meningkatkan brand awareness atau mendorong penjualan online, yang terakhir lebih umum digunakan oleh situs ecommerce seperti MatahariMall dan Lazada namun tidak untuk brand FMCG karena kurangnya data real time yang ditawarkan penawaran belanja secara online.
Snapcart menyediakan sebuah platform bagi brand untuk membangun hubungan lebih kuat dengan konsumen pembeli dengan lebih memahami perilaku belanja mereka. Apakah mereka membeli popok dan wortel di hari yang sama? Ini mengindikasikan bahwa pembeli melakukan keperluan belanja mereka di hari tertentu dalam seminggu, informasi yang dapat membantu saluran ritel tradisional menentukan kampanye mereka dan pada akhirnya mampu mendorong dan mengotomatisasi pembelian di masa depan. Tren “ritel pribadi” menyediakan sebuah pengalaman di toko yang disesuaikan bagi setiap pengunjung dan telah ditemukan untuk mendorong margin keuntungan dan loyalitas pelanggan. Menurut Laporan Dampak Pelanggan RightNow, 86 persen konsumen akan membayar hingga 25 persen lebih untuk pengalaman pelanggan yang lebih baik. Lebih penting lagi, hal itu memungkinkan pembeli untuk mengulang pembelian, dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin melalui saluran ritel tradisional, melalui kampanye yang ditargetkan.
“Di pasar FMCG sangat dinamis ini, kami secara tradisional tidak memiliki visibilitas kegiatan yang mendorong penjualan ritel kami. Ketika kita menjalankan kegiatan tertentu, baik itu promosi konsumen, offline atau kampanye brandingonline , kita dapat melihat keseluruhan penjualan naik namun sangat sulit untuk menentukan hal ini hingga tingkat konsumer individu,” kata Rully Gumilar, Direktur Unit Bisnis Confectionery dari Nestlé.
“Snapcart memberikan perilaku pembeli secara real-time dengan melacak ke tingkat individu dan lokasi fisik mereka. Ini juga menawarkan kita kesempatan untuk mempertahankan, mentarget ulang dan mengaktifkan pembeli ini melalui penawaran pribadi dan kampanye. Selain itu, wawasan yang diambil dari data Snapcart juga dapat diterapkan untuk memperkuat offline dan pemasaran perdagangan program kami. “
V. Keunggulan kompetitif: Apa yang membuat Snapcart berbeda?
Munculnya ecommerce di Asia Tenggara telah menghasilkan beberapa pilihan cashback secara online di wilayah ini. Namun, Snapcart secara khusus diperuntukan untuk mobile sesuai dengan perekonomian mobile-first dan mobile-only yang dimiliki Asia Tenggara. Hari ini, Indonesia memiliki lebih dari 300 juta pelanggan telpon genggam dengan penetrasi smartphone aktif bulanan diperkirakan akan mencapai 100 juta pada tahun 2018, membuat Indonesia menjadi negara terbesar ke-4 basis pengguna smartphone di dunia, mengikuti China, India, dan Amerika Serikat.
Snapcart juga memiliki keuntungan O2O. Menurut sebuah studi baru-baru dari Deloitte, penjualan di toko yang dipengaruhi mobile di AS akan jauh melebihi penjualan mobile commerce dan e-commerce, meningkat $689 miliar USD pada tahun 2016 (naik dari $ 158 miliar pada tahun 2012).
“Laporan Deloitte menunjukkan sekilas potensi ritel seluler di Indonesia. Dari studi yang sama, sebesar 61% dari pembeli yang disurvei mengatakan mereka akan menggunakan smartphone saat di toko. Di sinilah brand dapat memanfaatkan platform Snapcart melalui ritel merchandising tradisional dan ruang rak belanja untuk memiliki hubungan langsung dan pribadi dengan pembelanja,” tambah Ashley Amanna, Head of Digital Marketing dari L’Oreal Indonesia.
“Snapcart adalah bisnis Big Data paling menjanjikan di Asia Tenggara yang telah kita lihat sejauh ini,” ucap Adrian Vanyl, CEO Ardent Capital, investor awal Snapcart dan telah sukses membangun usaha ecommerce aCommerce, MOXY dan Bizzy. “Ini merupakan keputusan mudah dari segi nilai konsumer- membeli barang yang sudah Anda beli dan mendapatkan uang kembali. Dan untuk para brand, ini adalah data yang telah mereka khayalkan, namun tidak pernah punya cara praktis untuk benar-benar mengumpulkannya, sehingga bisnis ini menguntungkan kedua belah pihak – konsumen menang, brand menang.”
VI. Traksi awal
Dibuka untuk publik pada akhir bulan Juni 2015 tanpa pemasaran, Snapcart telah dengan cepat menaiki peringkat Google App Store secara organik dan dari mulut-ke-mulut para pembelanja dan saat ini menempati Top 20 app di kategori Belanja. Saat ini sudah ada lebih dari 12,000 downloadpra-peluncuran.
“Tim kami bersemangat karena ada potensi belanja online-to-offline (O2O) yang besar dan belum dimanfaatkan di seluruh penduduk Indonesia dan kami percaya teknologi Snapcart ini diposisikan untuk menutup kesenjangan itu,” kata Reynazran.
VII. Video Demo Snapcart
Tentang Snapcart
Mendapat pendanaan awal dari Ardent Capital, tim di belakang usaha ecommerce terkemuka seperti aCommerce dan Moxy, Snapcart berada untuk memimpin teknologi mobile O2O cashback dan platform otomatisasi marketing berbasis pembelian di Asia Tenggara. Snapcart didirikan oleh CEO Reynazran Royono dan CTO Laith Abu Rakty. Dikombinasikan, para pendiri Snapcart memiliki pengalaman yang luas dalam bidang barang-barang konsumen (FMCG), konsultasi, riset pasar dan industri teknologi. Sebelum mendirikan Snapcart, Reynazran menghabiskan 12 tahun di Procter & Gamble dan Boston Consulting Group sebelum kemudian mengambil kemudi Berniaga.com (sekarang bergabung dengan OLX.co.id), situs iklan baris C2C terkemuka di Asia Tenggara. Laith adalah seorang ahli teknologi dengan lebih dari tujuh tahun pengalaman meluncurkan ecommerce dan teknologi platform, termasuk Bobobobo.com, situs belanja dan wisata mewah terkemuka di Indonesia.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar