Penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo pada 2020 mendatang disebut-sebut akan menjadi yang tercanggih sepanjang sejarah kompetisi olahraga tersebut. Kompetisi olahraga yang juga disebut Tokyo Games 2020 ini direncanakan akan menggunakan berbagai teknologi mutakhir, mulai dari robot hingga medali dari barang elektronik bekas. Perencanaan penggunaan berbagai teknologi canggih ini juga merupakan cara Jepang untuk ikut menjaga aspek lingkungan sesuai dengan pernyataan International Olympic Committee.
Karena alasan inilah, Jepang akhirnya mengeluarkan High-Level Sustainability Plan pada Januari 2016 lalu. Dengan slogan Discover Tomorrow, Olimpiade dan Paralimpiade 2020 diharapkan tidak hanya akan memperlihatkan Jepang sebagai negara pelopor perkembangan teknologi, namun juga menunjukkan bahwa penggunaan teknologi juga dapat memberikan pengaruh positif pada ketahanan lingkungan.
Berikut adalah beberapa teknologi yang rencananya akan digunakan oleh Jepang pada Tokyo Games mendatang:
Taksi tanpa sopir
Kendaraan taksi tanpa sopir digadang-gadang menjadi salah satu moda transportasi dalam penyelenggaraan Tokyo Games 2020. Ide penggunaan taksi ini sebenarnya ditujukan untuk penduduk Jepang yang tinggal di daerah terpencil dan tidak dapat menjangkau transportasi publik. Keterbatasan transportasi publik bagi penduduk berusia lanjut juga menjadi alasan pengembangan kendaraan tersebut.
Untuk pengerjaan taksi tanpa sopir ini, DeNA Co dan pengembang robot ZMP telah membentuk usaha patungan untuk pembuatan software. Pada Februari 2017 lalu telah dilaksanakan uji coba sejauh 45 kilometer selama sepuluh hari menggunakan kendaraan dari Toyota. Uji coba dilaksanakan di daerah Fujisawa dengan memanfaatkan smartphone untuk memanggil taksi tanpa sopir tersebut.
Robot Village
Komite penyelenggara Olimpiade Jepang berencana menempatkan beragam robot di Odaiba, salah satu lokasi penyelenggaraan Tokyo Games 2020, untuk menciptakan Robot Village. Para robot bertugas untuk membantu para pengunjung, mulai dari membawakan tas hingga menjadi penerjemah bagi pengunjung tersebut.
Kehadiran robot ini tentu akan membantu atlet serta turis yang akan menyaksikan pertandingan. Mereka bahkan diklaim bakal mampu menangani permasalahan akibat kendala bahasa saat Tokyo Games 2020 berlangsung.
Untuk kelancaran penggunaan robot ini pada Tokyo Games mendatang, Panasonic telah melakukan uji coba pada dua tempat di Jepang, yaitu bandara Internasional Narita dan di sekitar Hotel ANA Crowne Plaza Narita. Robot bernama HOSPI ini memiliki kemampuan untuk menyapa dan membersihkan peralatan makan dari pengunjung.
Tiket elektronik dan teknologi pemindaian wajah
Jepang berencana menggunakan sistem tiket elektronik bagi para pengunjung kompetisi. Hal ini dapat mereduksi waktu yang dibutuhkan oleh penonton untuk masuk ke lokasi pertandingan. Selain itu, teknologi pemindaian wajah juga akan diterapkan untuk memverifikasi pemilik tiket.
Teknologi pemindaian wajah sebenarnya sudah diterapkan semenjak Olimpiade Beijing 2008 untuk alasan keamanan. Belum ada berita lebih lanjut mengenai uji coba maupun perusahaan yang akan bertanggung jawab atas teknologi ini.
Penerjemah bahasa otomatis
Penerjemahan bahasa menjadi salah satu teknologi penting dalam pelaksanaan Olimpiade dan Paralimpiade. Hal ini mengingat bahwa turis yang datang tidak hanya turis lokal, namun juga turis internasional.
Perbedaan bahasa dapat menjadi salah satu kendala selama pelaksanaan kompetisi olahraga tersebut berlangsung. Karena alasan inilah, penerjemah bahasa otomatis menjadi teknologi yang turut dikembangkan oleh pemerintah Jepang. National Institute of Information and Communication Technology (NICT) sebagai badan riset yang dibiayai oleh pemerintah Jepang.
NICT telah membuat aplikasi penerjemah bernama VoiceTra yang memiliki kemampuan menerjemahkan teks ke 27 bahasa dan direncanakan dapat menerjemahkan suara ke dalam lebih dari 10 bahasa pada 2020. Uji coba aplikasi ini telah dilakukan di Jepang pada tahun 2015 lalu, dengan melibatkan 5.000 pelari yang berkompetisi di Tokyo Marathon 2015.
Medali dari elektronik bekas
Jepang akan menggunakan ponsel serta barang elektronik bekas lainnya sebagai bahan baku pembuatan medali Tokyo Games 2020. Program ini sebenarnya telah dimulai pada Olimpiade 2016 lalu, namun pada Olimpiade tersebut, barang elektronik bukanlah satu-satunya bahan pembuatan medali. Sedangkan pada Tokyo Games 2020 mendatang, komite penyelenggara mengklaim bahwa medali akan dibuat seratus persen menggunakan limbah elektronik.
Melalui situs resminya, komite penyelenggara Tokyo Games 2020 mengajak penduduk Jepang untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan medali dengan menyumbangkan barang elektronik mereka yang tidak lagi terpakai. Komite Tokyo Games 2020 juga mengumumkan kerja sama dengan NTT DOCOMO untuk upaya pengumpulan barang elektronik tersebut di 2.400 gerai NTT DOCOMO yang tersebar di seluruh Jepang.
Penggunaan limbah elektronik sebagai bahan baku medali ini juga menjadi salah satu cara Jepang dalam upaya menyelamatkan lingkungan, sesuai dengan Sustainability Plan yang telah dibuat. Menurut pemberitaan dari The Japan Times, pengumpulan barang elektronik tersebut telah dimulai pada pertengahan Februari 2017 lalu di City Hall Shinjuku. Pengumpulan di kota-kota lainnya di seluruh Jepang akan dimulai pada bulan April 2017.
Teknologi yang diterapkan komite penyelenggara untuk Tokyo Games 2020 ini memang belum sepenuhnya selesai. Namun patut ditunggu perkembangan selanjutnya dari teknologi-teknologi tersebut.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan; Sumber gambar: Tokyo 2020)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar