Aplikasi live streaming tengah menjadi tren baru di Indonesia sejak beberapa bulan terakhir. Setelah BIGO Live sukses mencuri perhatian masyarakat, CliponYu turut mencoba bersaing di ranah serupa dengan meluncurkan aplikasi HiClub.
Seperti aplikasi live streaming pada umumnya, siapa pun bisa menjadi penyiar melalui aplikasi ini. Iming-iming virtual gift yang bisa diuangkan, masih menjadi daya tarik utama.
Faktor ini juga yang membuat beberapa penyiar di aplikasi serupa, terutama dari penyiar wanita, mencoba mengambil jalan pintas untuk menarik perhatian para penontonnya dengan menampilkan konten tak senonoh. Seperti sengaja berpenampilan seksi hingga nekat membuka pakaiannya.
Lalu, bagaimana HiClub meminimalisir adanya konten negatif dalam aplikasi mereka? Mengingat mereka kini berstatus sebagai aplikasi live streaming baru di Indonesia.
Teknologi pengenalan gambar
Di CliponYu, semua host yang menjadi penyiar telah menandatangani kontrak. Lantaran terikat perjanjian yang sah di mata hukum, penyiar CliponYu tak berani melakukan hal-hal negatif saat sedang siaran. “Sekali melakukannya, kami peringatkan. Kedua kalinya, we will kick them out,” tegas Project Director HiClub, Ethan Liu saat ditemui di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Bila host CliponYu terikat kontrak, lantas bagaimana dengan para host di HiClub? Mereka tentunya lebih bebas dan berpotensi menyiarkan konten negatif karena tak ada aturan apa pun yang mengikat mereka. Hal ini tentunya sudah diperhitungkan oleh pihak HiClub. Karenanya, mereka mengandalkan teknologi pengenalan gambar (picture recognition technology) untuk menyaring berbagai konten negatif.
“Sekarang kami menggunakan mesin. Kami bisa mengetahuinya dari teknologi pengenalan gambar,” kata Ethan.
Monitoring manual 24 jam
Mengawasi begitu banyak orang yang melakukan siaran di HiClub bukanlah pekerjaan mudah. Pengunaan teknologi pun dirasa masih kurang untuk meminimalisir beredarnya konten negatif dari beberapa penyiar yang mencoba mengambil jalan pintas demi mendapatkan gift dari pemirsanya.
HiClub menyadari bahwa teknologi yang mereka gunakan untuk menyaring konten negatif terkadang melakukan kesalahan. Beberapa kesalahan itu saat mengenali warna maupun cahaya dalam sebuah gambar. Karenanya, HiClub tetap memperkerjakan petugas yang mengawasi konten siaran selama 24 jam nonstop.
“Teknologi mungkin membuat kesalahan. Itu sebabnya kami punya tim monitoring 24 jam. Kami mengawasi mereka,” ujar Ethan.
Lebih lanjut pihak HiClub mengatakan bila saat ini ada lima puluh customer service yang bekerja secara bergilir dalam melakukan pantauan. “Selain itu ada juga admin host yang berasal dari royal viewer pilihan host sebanyak lima sampai lima belas orang yang kesemuanya akan menjaga room dari host mereka tersebut,” papar Ethan.
Lebih lanjut pihak HiClub mengatakan bila saat ini ada lima puluh customer service yang bekerja secara bergilir dalam melakukan pantauan. “Selain itu ada juga admin host yang berasal dari royal viewer pilihan host sebanyak lima sampai lima belas orang yang kesemuanya akan menjaga room dari host mereka tersebut,” papar Ethan.
Mendorong pertumbuhan good content
Mempekerjakan karyawan untuk mengawasi semua siaran di HiClub harus diakui membutuhkan banyak biaya. Demi menekan hal tersebut, HiClub juga mencoba mengedukasi para penggunanya agar menyiarkan konten-konten positif seperti menunjukkan bakat, berbagi cerita aktivitas sehari-hari, berbagi kesamaan hobi, dan sebagainya.
Menyiarkan konten positif tentunya juga berpotensi mendatangkan hadiah dari pemirsa. Karena jika seorang penyiar semakin banyak pemirsanya, maka tak menutup kemungkinan akan terbentuk sebuah fan base. Semakin banyak yang menonton, memiliki fan base, maka semakin besar potensi pemirsanya memberikan hadiah pada penyiar tersebut.
Bila semakin banyak konten positif di HiClub, maka manajemen bisa mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pengawasan secara manual. Sejauh ini, HiClub mempekerjakan sekitar 50 karyawan untuk mengawasi konten secara manual. Namun mereka juga dibantu oleh admin host. Setiap host atau penyiar biasanya mengangkat pemirsa setianya menjadi admin, dan jumlah yang diangkat bisa lima hingga lima belas orang. Para pemirsa yang diangkat menjadi admin ini bisa ditugaskan menjaga room penyiarnya dari konten negatif.
Kita bisa simpan energi untuk SDM, karena kami terlalu banyak mempekerjakan SDM. Terlalu banyak biayanya untuk manajemen. Kami mendorong good content on the top.
Adapun sebelum HiClub resmi hadir di Indonesia, aplikasi live streaming serupa seperti BIGO Live yang terkena pemblokiran DNS oleh Kemenkominfo lantaran ditemukan konten berbau pornografi yang dilakukan oleh beberapa penyiarnya. BIGO Live kemudian mengambil tindakan tegas terkait konten nudity dan konten negatif lainnya, dengan memblokir akun plus menghapus semua hadiah yang didapat dari seorang penyiar yang terbukti menyiarkan konten negatif.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar