NEWSWANTARA – Pasar Startup di Indonesia Masih Cukup Potensial
Penerapan transformasi digital di Indonesia menurut IDC Indonesia terus mengalami peningkatan sebesar 8,3% dalam pembelanjaan TI (Teknologi Informasi), dari angka Rp199 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp214,4 triliun di tahun 2016.
Tidak hanya berkaitan dengan perusahaan dengan skala besar, tren transformasi digital juga kian marak terjadi di industri dengan skala yang lebih kecil. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga ikut berkontrubusi dalam mendorong peningkatan pembelanjaan TI sepanjang tahun 2016 di Indonesia.
Dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, pada tahun 2016, Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah startup tertinggi dengan jumlahnya yang mencapai 2.000 startup. Pertumbuhan startup ini juga diprediksi akan terus meningkat sampai dengan 6,5 kali lipat pada tahun 2020 (CHGR, 2016).
Tumbuhnya pasar startup teknologi yang sangat pesat di dalam negeri ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian menguat, serta membuktikan ketersediaan teknologi yang terus berkembang untuk mendukung pertumbuhan industri ini.
Para investor global juga mulai melirik Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi digital yang tinggi. Berdasarkan laporan investasi per kuartal yang dirangkum oleh Tech in Asia, pada kuartal kedua tahun 2016 saja, terdapat investasi senilai Rp2,09 triliun ke 28 startup di Indonesia.
Nilai ini mengindikasikan peningkatan yang stabil sebesar lebih dari 100 persen di setiap kuartal pada setahun terakhir. Dari berbagai sektor bisnis yang digeluti oleh para startup di Indonesia, e-commerce dan marketplace merupakan sektor startup yang paling banyak diminati oleh investor global.
Khusus untuk sektor e-commerce, menurut Indonesia Startup Report 2015 yang dirilis oleh DailySocial.id, Indonesia sering kali dianggap sebagai negara acuan dalam bidang bisnis startup e-commerce setelah Cina dan India.
Kepercayaan bisnis startup di Indonesia ini juga sejalan dengan performa dari penjualan sektor e-commerce sepanjang tahun 2016 yang diprediksi tumbuh sebesar 22% sementara India hanya 0,24% dan 0,15% secara global.
Transformasi teknologi digital di Indonesia turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor TIK menjadi penyumbang GDP (Gross Domestik Product) terbesar kedua di Indonesia di Semester 1 di tahun 2016.
Meski menurun tipis sebesar 1.7% dari tahun 2015, sektor TIK masih memberikan peluang besar bagi para pelaku industri untuk menginvestasikan dana atau mengembangkan bisnis teknologi informasi dan komunikasi.
Sementara, sektor keuangan dan asuransi menempati posisi pertama dengan nilai kontribusi sebesar 11.4%. Hal ini juga disebabkan karena pesatnya perkembangan teknologi digital di sektor ini.
Pemerintah Indonesia juga menyadari potensi besar yang dapat diperoleh melalui penggunaan teknologi, khususnya peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Pemerintah juga telah mengambil langkah untuk untuk menciptakan 1.000 teknopreneur dan developer di awal tahun 2017.
Hal ini sejalan dengan upaya untuk memaksimalkan potensi industri digital di Indonesia yang diperkirakan akan mencapai US$130 miliar pada tahun 2020. Guna mendukung hal tersebut, pemerintah Indonesia menyadari pentingnya fokus pada persoalan deregulasi dan pembangunan infrastruktur, investasi dan ekspansi bisnis.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini merupakan pengaruh positif dari perkembangan teknologi serta membuka peluang yang sangat baik bagi para investor dan pelaku industri internasional untuk berinvestasi pada pada pasar startup di Indonesia.
Sumber: swa.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar