Internet of Things (IoT) merupakan sebuah teknologi yang tengah ramai dibincangkan akhir-akhir ini. Dengan teknologi tersebut, setiap barang yang kamu miliki nantinya bisa terhubung dengan internet, sehingga bisa dikendalikan dari jarak jauh dengan smartphone atau bahkan dengan perintah suara.
Pada tahun 2017 nanti, diperkirakan akan ada 1,5 juta perangkat baru yang terhubung dengan internet. Jumlah tersebut bahkan disebut-sebut akan meningkat hingga mencapai dua puluh miliar perangkat di tahun 2020.
Di Indonesia sendiri, telah ada beberapa perusahaan yang mencoba masuk ke bisnis IoT, seperti Dattabot dan Dycode. Pemerintah kota seperti Jakarta dan Bandung pun tengah begitu getol mengembangkan teknologi IoT untuk mendukung penerapan konsep Smart City.
Lalu bagaimana sebenarnya perkembangan IoT di Tahun 2017 nanti?
Infrastruktur internet harus mampu menangani koneksi dalam jumlah banyak
Jaringan internet sebenarnya tidak dirancang untuk bisa melayani dua puluh miliar perangkat sejak awal. Namun dengan perkembangan Internet of Things yang begitu pesat, mau tidak mau mereka harus bisa menangani semua perangkat tersebut.
Menurut Rowan Trollope, Senior Vice President dan General Manager bidang Penerapan IoT dari Cisco, saat ini jaringan internet telah mampu menangani 340 triliun triliun perangkat berkat kehadiran protokol IPv6. Hal ini tentu harus didukung oleh para pembuat perangkat IoT agar tidak membuat perangkat yang terlalu sering mengirim permintaan, yang bisa membebani jaringan internet.
Ancaman keamanan semakin tinggi
Seiring dengan perkembangan perangkat IoT, semakin banyak pula serangan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap perangkat-perangkat pintar tersebut. Saat ini telah ada serangan yang berusaha menembus jaringan listrik hingga sistem lampu lalu lintas, meski belum ada yang berhasil.
Untungnya, menurut Trollope, kita juga bisa membuat keamanan internet agar menjadi lebih pintar. Salah satu contohnya adalah dengan membatasi akses yang bisa diterima oleh sebuah perangkat IoT. Sebuah pengukur suhu misalnya, tidak perlu diizinkan untuk menerima jutaan permintaan setiap detik.
Pasar yang besar untuk “penghubung” IoT
Dengan banyaknya data yang dikumpulkan oleh para perangkat IoT, sepertinya mustahil kalau semua data tersebut bisa langsung tersaji di internet secara real time. Oleh karena itu, menurut Trollope, diperlukan sebuah sistem penghubung yang bisa memproses semua data yang dihasilkan oleh perangkat IoT, sebelum kemudian dikirim ke internet.
Sebuah pesawat terbang misalnya, mempunyai banyak sekali data dari sensor yang biasanya mereka kumpulkan terlebih dahulu, untuk kemudian dikirim ketika pesawat telah mendarat. Namun apabila ada kegagalan mesin yang harus diselesaikan dalam waktu cepat, tentu informasi tersebut harus segera dikirim kepada sang pilot atau tim pemantau di darat.
Dalam kasus-kasus seperti itu dibutuhkan sistem penghubung antara perangkat IoT dan pusat penyimpanan data yang terhubung dengan internet. Terkait hal ini Trollope berpendapat di tahun 2017 nanti IoT akan menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.
Semua peralatan elektronik akan menjadi perangkat pintar
Perkembangan IoT tidak hanya menyasar industri besar seperti jaringan listrik maupun pabrik, namun juga ke perangkat elektronik yang berada di rumah kamu. Barang-barang seperti pemanggang roti, lampu, oven, hingga kulkas, nantinya akan terhubung dengan internet.
Fenomena ini pun menjadi begitu masif seiring kian murahnya biaya untuk memasang koneksi internet dalam sebuah perangkat elektronik.
Namun apabila setiap perangkat tersebut mempunyai aplikasi sendiri, hal tersebut tentu akan menyulitkan pengguna. Itulah mengapa kini mulai muncul perangkatatau aplikasi yang bisa mengontrol semua perangkat tersebut, seperti Amazon Echo, Google Home, atau mungkin juga lewat aplikasi chat seperti LINE dan Facebook Messenger.
Perkembangan mobil pintar
Terakhir menurut Trollope, di tahun 2017 nanti akan semakin banyak kendaraan yang terhubung dengan internet. Hal ini menurutnya didukung dengan perkembangan jaringan Dedicated Short Range Communications (DSRC) dan 5G.
Sebagai contoh, saat ini Audi telah melakukan uji coba untuk menghubungkan mobil dengan lampu lalu lintas di Las Vegas agar bisa berhenti di posisi dan saat yang tepat. Lebih lanjut dari itu, di tahun 2017 nanti kita juga akan melihat perkembangan besar dari inovasi mobil tanpa pengemudi.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar