Salah satu cara untuk memasarkan sebuah barang adalah dengan meminta orang lain untuk mempromosikan barang tersebut, dan menjanjikan sejumlah komisi apabila barang tersebut terjual. Hal ini biasa disebut dengan istilah affiliate marketing.
Penggunaan affiliate marketing semakin menjamur di era digital seperti sekarang, karena semakin banyaknya media sosial yang bisa dijadikan media promosi. Hal ini memungkinkan seorang pegawai hingga ibu rumah tangga untuk dapat mendapat uang tambahan hanya dengan mempromosikan barang milik orang lain di Facebook, Twitter, hingga Instagram.
Melihat fenomena tersebut, Sunil Tolani bersama tiga orang rekannya akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah platform affiliate marketing di tanah air dengan nama Idaff. Platform tersebut bisa menghubungkan seorang pembuat produk dengan orang-orang yang ingin mempromosikan barangnya.
Tak hanya itu, apabila ada seseorang yang ingin membeli barang yang dipromosikan tersebut, mereka juga akan “dibawa” untuk melakukan pembelian melalui platform Idaff. Uang hasil dari pembayaran tersebut kemudian akan dibagikan secara otomatis kepada pemilik barang dan orang yang mempromosikan, sesuai dengan persentase yang telah ditentukan sebelumnya.
Berawal dari sebuah ide di awal tahun 2015
Menurut Sunil, ide pembuatan Idaff pertama kali muncul pada awal tahun 2015. Ia bersama Dee Ferdinand (COO), Ivan Kristianto (CTO), dan Ahmad Mulyadi (CMO), sempat beberapa kali mengubah bentuk dari platform Idaff sebelum kemudian meluncurkan versi beta pada bulan April 2016.
Sunil sendiri mengaku mendapatkan ide untuk membuat Idaff setelah melihat kesuksesan platform serupa bernama Clickbank. Sebelum membuat Idaff, Sunil bersama Dee dan Ivan sempat membuat sebuah agensi digital yang bernama Callibreworks.
Produk utama yang saat ini dijual di Idaff adalah produk-produk digital seperti video tutorial, musik, hingga desain. Begitu seorang pembeli melakukan pembayaran, mereka akan langsung mendapatkan tautan untuk mengunduh produk tersebut.
Idaff kini juga mulai memfasilitasi penjualan produk fisik seperti DVD hingga jamu. Koleksinya telah mencapai lebih dari 160 produk di platform mereka. Mereka mengambil komisi sekitar 10 hingga 15 persen dari setiap barang yang terjual.
“Dengan Idaff, kami ingin membantu pembuat konten digital dan produsen barang untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Di sisi lain, kami juga membantu orang-orang yang ingin mendapat uang dengan cara mempromosikan barang di dunia maya,” jelas Sunil kepada Tech in Asia.
Andalkan teknologi yang mereka buat sendiri
Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa platform yang menghadirkan layanan serupa dengan Idaff, yaitu Ratakan dan Accesstrade. Namun menurut Sunil, platform lain tersebut mempunyai keterbatasan karena mereka memanfaatkan software yang dibuat oleh pihak ketiga.
“Sedangkan di Idaff, kami membuat seluruh platform kami sendiri. Hal itu memungkinkan kami untuk lebih fleksibel dalam menambah fitur dan terhubung dengan platform-platform lain” tutur Ivan, CTO dari Idaff.
Untuk memperkenalkan Idaff, Sunil mengaku kalau dirinya enggan jorjoran mengeluarkan uang untuk memasang iklan. Ia justru lebih memilih untuk masuk ke berbagai komunitas demi menemukan para pembuat konten digital yang berniat memasarkan produk mereka lewat Idaff.
“Saya percaya terhadap bisnis yang bisa bertahan dalam waktu yang lama dan menghasilkan keuntungan,” tutur Sunil.
Nilai transaksi mencapai miliaran rupiah
Strategi yang dilakukan Idaff tersebut ternyata cukup berhasil untuk menarik pengguna. Hingga saat ini, mereka telah mempunyai belasan ribu pengguna—lebih dari setengahnya merupakan pengguna aktif. Selama enam bulan beroperasi, mereka juga telah memfasilitasi ribuan transaksi dengan total nominal miliaran rupiah.
Untuk menjalankan operasional mereka, Idaff mengaku kalau mereka telah mendapatkan pendanaan tahap awal (seed funding) dari seorang angel investor pada akhir tahun 2015. Uang tersebut kemudian mereka gunakan untuk membangun platform Idaff dengan sekitar empat orang developer.
“Ke depannya kami ingin mengembangkan tim kami, baik dari sisi teknologi maupun marketing. Kami juga ingin menambah jumlah orang yang bertugas untuk menjangkau komunitas pembuat konten yang saat ini baru berjumlah sekitar lima orang,” pungkas Sunil.
(Diedit oleh Septa Mellina; Sumber gambar: AtulHost)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar