Bisnis startup di tanah air selama ini masih dikuasai oleh para startup yang bergerak di bidang e-commerce dan layanan on demand.
Hal ini dibuktikan dengan kemunculan nama-nama startup besar, mulai dari Tokopedia, Bukalapak, hingga GO-JEK. Kedua bisnis tersebut pun kian ramai dengan masuknya para konglomerat lokal hingga para pemain asing.
Padahal, Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bergerak di bidang pertanian. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 37,77 juta penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian, lebih besar dari sektor-sektor bisnis lainnya.
Melihat potensi tersebut, akhirnya mulai bermunculan beberapa startup yang membuat aplikasi untuk mengembangkan bisnis di bidang pertanian. Tak cuma mendapat produk pertanian berkualitas, startup dan aplikasi ini juga bisa membantu kamu untuk mendapat informasi soal harga produk pertanian. Di sisi lain, startup dan aplikasi pertanian ini juga bisa menjadi sumber informasi bagi petani mengenai cara bercocok tanam, solusi masalah pertanian, dan sebagainya.
Apa saja startup dan aplikasi pertanian tersebut?
Eragano
Eragano merupakan sebuah startup yang menyediakan solusi dari hulu ke hilir di sektor pertanian. Mereka bisa menjual perlengkapan pertanian dan pupuk, hasil panen, menyediakan sistem pengelolaan sawah, hingga memberi pinjaman kepada para petani.
Startup yang dibangun oleh Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan ini telah mendapat pendanaan tahap awal dari East Ventures pada bulan Juli 2016 yang lalu.
iGrow
iGrow adalah sebuah platform yang memungkinkan kamu untuk berinvestasi di bidang pertanian dan memantaunya secara online. Mereka menghubungkan tiga pihak penting dalam industri pertanian: investor, petani, serta pembeli produk pertanian.
Sekitar bulan Juni 2016 yang lalu, iGrow telah mendapat pendanaan tahap awal (seed funding) dengan jumlah yang tidak disebutkan dari East Ventures dan 500 Startups. iGrow juga merupakan satu dari enam startup tanah air yang terpilih untuk mengikuti program akselerator Google Launchpad gelombang ketiga.
8Villages
8Villages merupakan perusahaan yang membuat aplikasi bernama Petani. Dengan aplikasi tersebut, para petani bisa bertukar informasi dengan para pakar pertanian, serta menanyakan berbagai masalah terkait pertumbuhan tanaman.
Para petani juga bisa mengirimkan foto kondisi tanaman, agar para pakar pertanian bisa merespons setiap keluhan petani dengan lebih baik. Aplikasi ini juga bisa berfungsi sebagai forum online yang memungkinkan para petani untuk saling bertukar informasi.
Pantau Harga
Pantau Harga adalah aplikasi yang bisa kamu gunakan untuk mengetahui informasi harga dari beragam komoditas pangan di pasar. Dengan begitu, transaksi jual beli antara pembeli dan penjual bisa menjadi lebih transparan. Aplikasi ini berhasil menjadi juara ketiga di kompetisi Hackathon Merdeka.
Karsa
Karsa adalah aplikasi yang bisa memberikan informasi pertanian kepada para petani, produsen produk pertanian, serta pemerintah. Dengan aplikasi ini, para petani bisa mendapatkan informasi cara menanam tanaman yang baik. Di sisi lain, produsen dan pemerintah juga bisa mengetahui apa saja hal yang dibutuhkan oleh para petani, serta memonitor harga produk pertanian di pasar.
Kecipir
Sebelum tahun 2016, Tantyo Bangun membuat platform penjualan sayuran organik dengan nama LOFMart. Merasa nama tersebut kurang “menjual”, ia pun mengubahnya menjadi Kecipir.
Saat ini, Kecipir mengklaim kalau mereka telah mempunyai lebih dari empat puluh petani sayur organik, dengan lebih dari enam puluh jenis sayuran untuk melayani para pelanggan di wilayah Jabodetabek.
Selain aplikasi-aplikasi di atas, ada juga startup pertanian yang hanya menyediakan layanan mereka lewat web. Bahkan, ada pula startup yang mengembangkan solusi Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan kualitas pertanian. Siapa saja mereka?
TaniHub
TaniHub merupakan sebuah startup yang terbentuk pada sebuah event Startup Weekend di tahun 2015. Dengan platform yang mereka buat, TaniHub ingin memotong jalur distribusi sehingga para petani bisa langsung menjual hasil panen mereka langsung ke konsumen.
Pada bulan Agustus 2016 yang lalu, TaniHub menunjuk mantan VP Finance Etobee yang bernama Ivan Arie untuk menjadi CEO dan masuk ke jajaran co-founder mereka.
Limakilo
Limakilo merupakan salah satu layanan yang ikut serta dalam Mandiri Hackathon 2016. Mirip dengan TaniHub, layanan ini juga berusaha menghilangkan peran tengkulak dalam distribusi bahan pangan, meski hanya fokus pada produk bawang merah. Dengan layanan Limakilo, seorang petani bisa langsung terhubung dengan konsumen yang ingin membeli hasil panen mereka.
Pada bulan Mei 2016 yang lalu, startup yang dibangun oleh Walesa Danto, Lisa Ayu Wulandari, dan Arif Setiawan ini berhasil mendapat pendanaan tahap awal (seed funding) dengan nominal yang tidak disebutkan dari East Ventures.
Sikumis
Sikumis merupakan sebuah platform yang bisa kamu gunakan untuk membeli berbagai hasil bumi, mulai dari produk pertanian, perikanan, perkebunan, hingga peternakan. Dengan marketplace yang mereka buat, Sikumis berharap para konsumen bisa mendapatkan barang dengan harga lebih murah, dan para petani pun bisa tetap mendapatkan keuntungan yang besar.
Uniknya, sebelum bulan Maret 2016, Sikumis justru merupakan layanan B2B yang menjual berbagai kebutuhan sektor industri, seperti mesin perkakas dan bahan pestisida.
Crowde
Crowde adalah sebuah platform crowdfunding yang bisa kamu manfaatkan untuk berinvestasi di bidang pertanian. Sebuah tanaman akan langsung ditanam begitu target pendanaan yang diharapkan di platform Crowde tercapai.
Dengan berinvestasi di Crowde, kamu bisa mendapatkan keuntungan sekitar 30 persen dari hasil penjualan tanaman yang berhasil dipanen.
CI-Agriculture
CI-Agriculture merupakan solusi manajemen lahan pertanian yang berbasis analisis cuaca, sensor tanah, citra satelit, serta penggunaan drone. Mereka bisa memberi rekomendasi tentang saat yang tepat untuk menanam benih, memberi pupuk, hingga menambahkan obat.
Saat ini, CI-Agriculture telah dimanfaatkan oleh Vasham, sebuah perusahaan sosial yang mempunyai fokus utama membantu para petani jagung di tanah air.
Habibi Garden
Habibi Garden merupakan startup internet of things (IoT) yang bisa memberikan data real-time tentang kondisi tanah di sebuah lahan pertanian dan perkebunan. Dengan data tersebut, pemberian nutrisi bisa menjadi lebih efektif. Pada akhir Oktober 2016 yang lalu, Habibi Garden berhasil terpilih sebagai finalis kompetisi The NextDev 2016, serta masuk ke program inkubator milik Telkom, yaitu Indigo.
Habibi Garden pun tengah mengembangkan sebuah aplikasi yang memungkinkan kamu untuk melihat perkembangan tanaman dari smartphone. Sayangnya, belum dipastikan kapan aplikasi ini bakal rilis.
(Diedit oleh Septa Mellina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar