Andrew Suhalim lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga yang begitu dekat dengan dunia teknologi. Sang ayah adalah seorang pebisnis IT yang telah menjalankan usaha sejak tiga puluh tahun yang lalu. Andrew pun akhirnya ikut terjun ke bisnis tersebut, dimulai dengan aktivitas menjaga toko milik sang ayah.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai menyadari ada sesuatu yang tidak efisien dalam proses reparasi gadget seperti smartphone, tablet, dan laptop. “Banyak orang yang jauh-jauh datang dari Bekasi ke Roxy Mas misalnya, hanya untuk memperbaiki smartphone mereka,” ujar Andrew kepada Tech in Asia Indonesia.
Dari pemikiran itulah Andrew memutuskan untuk mulai membangun sebuah layanan yang bernama Klikfix pada bulan November 2015 silam. Klikfix sendiri merupakan layanan reparasi on demand yang bisa menjemput gadget rusak yang kamu miliki, memperbaikinya, dan mengantarkannya kembali ke rumah kamu.
Khusus untuk perangkat iPhone, mereka bahkan bisa mengirimkan teknisi yang bisa melakukan reparasi langsung di tempat.
Untuk memesan layanan ini, kamu bisa menghubungi Klikfix lewat telepon, atau lewat boks chat yang tersedia di situs mereka. Di situs tersebut, kamu pun bisa mengetahui perkiraan harga yang harus kamu bayar. Kurir mereka kemudian akan datang dan mengambil gadget rusak milikmu sesuai jadwal yang kamu tentukan.
Setelah gadget tersebut sampai di workshop Klikfix, mereka akan mendiagnosis dan menginformasikan kepastian biaya reparasi. Apabila kamu tidak setuju dengan reparasi yang akan dilakukan Klikfix, mereka pun akan mengantarkan kembali gadget tersebut dan tidak mengenakan biaya apa pun.
Klikfix mengklaim kalau mereka bisa melakukan reparasi dalam waktu empat hingga enam hari, serta memberikan garansi selama satu tahun apabila gadget milikmu kembali rusak setelah direparasi. Saat ini, Klikfix telah bisa melayani pelanggan di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok.
Bermodal dana Rp3,5 miliar
Andrew menyatakan kalau ide untuk membuat Klikfix sebenarnya telah ia miliki sejak 3,5 tahun yang lalu. Namun ia memutuskan untuk tidak memulainya pada saat itu karena melihat kondisi masyarakat Indonesia yang masih belum siap.
“Saat itu mungkin orang akan merasa aneh jika mereka mendapat pengantaran makanan atau naik kendaraan bersama orang asing.”
Namun situasi tersebut kini telah berubah seiring kehadiran startup on demand seperti GO-JEK, Grab, Uber, hingga Seekmi. Andrew pun mulai mengembangkan layanan Klikfix sejak November 2015 hingga Juni 2016, hingga layanan tersebut akhirnya diluncurkan pada bulan Juli 2016 yang lalu.
Untuk membangun Klikfix, Andrew pun menggandeng seorang CTO bernama Tim Cheah, dan investor asal Belanda Daniel Van Leeuwen. Mereka mengaku telah mengeluarkan dana sebesar Rp3,5 miliar hingga saat ini.
Meski menerima cukup banyak ahli reparasi (fixer) yang mendaftar untuk bergabung dengan mereka, Klikfix baru menerima sekitar lima puluh orang. Mereka pun menggandeng penyedia layanan kurir Porter untuk melakukan antar jemput gadget, meski mereka sebenarnya telah mempunyai empat orang kurir in-house.
“Yang harus diingat, kami bukanlah toko reparasi. Kami hanya layanan yang menghubungkan konsumen dengan para fixer,” ujar Andrew. Dari setiap pembayaran yang diberikan konsumen, Klikfix akan mengambil komisi sekitar dua puluh persen.
Pasar reparasi gadget yang besar
Reparasi gadget sendiri merupakan pasar yang cukup potensial di tanah air. Menurut CTO Klikfix Tim Cheah, Roxy Mas bisa menerima permintaan reparasi sekitar lima belas ribu gadget dalam sebulan. Hal yang sama pun dialami Mangga Dua yang menerima sekitar dua belas ribu pesanan, dan Mal Ambassador yang menerima sekitar sepuluh ribu pesanan.
“ITC lain biasanya menerima lima ribu pesanan reparasi dalam sebulan. Bila kami bisa mengambil pasar itu saja, sudah cukup besar bagi kami,” ujar Tim.
Hingga saat ini, Klikfix telah menerima sekitar dua ribu permintaan reparasi, dan mayoritas di antaranya untuk perangkat iPhone dan smartphone Xiaomi. Di bulan terakhir, jumlah pesanan reparasi yang mereka terima bahkan mencapai 750 pesanan.
Dalam proses mengembangkan Klikfix, Andrew menemukan banyak pelanggan yang tetap datang ke workshop offline milik mereka, meski para pelanggan tersebut sebenarnya bisa menikmati layanan antar jemput gadget secara gratis. Dari situ Andrew pun menyadari pentingnya keberadaan sebuah workshop offline untuk menunjukkan eksistensi mereka.
“Namun kami tidak akan membangun workshop di kota-kota lain. Ketika akan melakukan ekspansi, kami akan coba bermitra dengan para mitra fixer di kota-kota tersebut,” tutur Andrew.
Gandeng para produsen smartphone
Andrew mengaku telah menjalin komunikasi dengan beberapa produsen smartphone untuk menjadi mitra reparasi resmi mereka. Namun saat ini ia baru berhasil bekerja sama dengan Smartfren. Artinya, pengguna Smartfren di Jakarta kini telah bisa memanfaatkan jasa antar jemput milik Klikfix.
Proses reparasi tersebut pun akan menggunakan suku cadang resmi miliki Smartfren. Untuk gadget dari produsen lainnya, Klikfix akan melakukan reparasi dengan suku cadang berkualitas baik, meski tidak orisinal.
“Menjaga kualitas suku cadang merupakan hal yang sulit. Masalah ini bahkan dialami juga oleh pusat reparasi di berbagai ITC. Itulah mengapa sebagian besar modal kami akhirnya dihabiskan untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari suku cadang yang kami gunakan,” jelas Tim.
Ketika ditanya tentang alasan mengapa mereka tidak membuat aplikasi mobile seperti startup lain, Andrew menyatakan kalau ia enggan mempersulit masyarakat dengan memaksa mereka mengunduh aplikasi baru. Namun Klikfix sebenarnya juga membuat aplikasi mobile, meski hanya bisa digunakan oleh para fixer yang ingin mengambil pesanan.
Di luar Indonesia, telah ada beberapa startup yang menghadirkan solusi seperti Klikfix, yaitu HelloTech dan GeekSquad. Sedangkan di Indonesia, juga sudah ada aplikasi yang bisa kamu gunakan untuk mengetahui perkiraan biaya reparasi gadget di kota Bandung, yaitu MiniMall.
(Diedit oleh Septa Mellina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar