TEMPO.CO, Surabaya - Gerakan nasional untuk mencetak seribu startup digital mulai bergerak ke kota berikutnya. Program hasil kerja sama Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan KIBAR dan berbagai komunitas itu secara resmi diluncurkan di Jakarta, Sabtu, 30 Juli 2016. Setelah Jakarta, anak-anak muda Surabaya menjalani tahapan pertama yakni Ignition, hari ini.
Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan, Mira Tayyiba, mengatakan potensi anak-anak muda generasi Y di bidang startup digital perlu dimaksimalkan. “Kelebihan generasi ini adalah rasa empati yang tinggi melalui teknologi,” ujarnya saat ditemui Tempo di sela acara, Sabtu, 6 Agustus 2016.
Empati itu juga tercermin pada maraknya pendekatan pendanaan dari masyarakat (crowdfunding) akhir-akhir ini. Melalui media sosial dan platform digital lainnya, generasi Y mudah tergerak untuk kebaikan. Ia pun optimistis, target 1.000 startup digital sampai tahun 2020 ini bernilai lebih dari Rp 10 miliar.
Mira menegaskan, gerakan 1.000 StartUp Digital ini sejalan dengan dinamika perekonomian yang dihadapi Indonesia sekarang. Sebab, model bisnis di zaman sekarang sudah berubah. “Kita perlu strategi baru untuk menghadapi dan mengelola perubahan itu, mengingat harga-harga komoditas negara kita juga menurun,” tuturnya.
Dulu, kata Mira, siapa yang punya modal dan memiliki informasi, dialah yang kuat. Sekarang, yang kuat adalah siapa yang punya ide. “Dahsyatnya, ide ini bukan milik usia atau gender tertentu. Ide bisa datang dari masalah di sekitar kita.”
Di sisi lain, kota Surabaya dinilai memiliki kelebihan tersendiri dalam gerakan ini. Sejak tahun 2015, program serupa bernama Start Surabaya telah digelar. “Surabaya diuntungkan karena menurut saya ekosistem startup digital dan pola kerja sudah lebih dulu ada,” kata CEO Beon Intremedia, Danton Prabawanto. Danton dan beberapa komunitas anak muda lainnya, merupakan fasilitator Gerakan Nasional 1.000 StartUp Digital di Surabaya.
Danton menekankan, tantangan terbesar bagi startup digital bukan pada aspek teknis seperti pemrograman alias coding. “Tantangannya justru pada proses mentoring dan bagaimana bisa bertemu dengan industri yang relevan,” ujar dia. Selain itu, menemukan partner yang tepat dari berbagai latar belakang untuk mengelaborasi dan mewujudkan ide tersebut
Danton optimistis gerakan ini bisa menjadi pondasi ekosistem ekonomi digital yang unik dibandingkan Silicon Valley di Amerika Serikat. “Kita nanti lebih dari Silicon Valley, soalnya Indonesia punya kultur dan masalah yang berbeda.”
Setelah Jakarta dan Surabaya, delapan kota lain yang menjadi titik awal program 1.000 StartUp Digital ini ialah Yogyakarta, Bandung, Semarang, Malang, Medan, Pontianak, Denpasar, serta Makassar.
ARTIKA RACHMI FARMITA
sumber
ARTIKA RACHMI FARMITA
sumber
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus