Pada tanggal 1 Mei 2017 lalu, modal ventura asal Amerika Serikat 500 Startups mengumumkan kalau mereka telah menggandeng selebritas tanah air Ashraf Sinclair sebagai Partner di Asia Tenggara. Ashraf diharapkan bisa membantu 500 Startups dalam mencari startup Indonesia yang mempunyai potensi, dan layak mendapatkan pendanaan tahap awal dari dana investasi 500 Durians Fund II.
500 Durians Fund II merupakan dana investasi dengan nilai total US$50 juta (Rp666 miliar), yang memang dikhususkan untuk para startup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dari dana tersebut, 500 Startups bisa memberikan pendanaan tahap awal (seed funding) atau Pra Seri A senilai US$50 ribu hingga US$250 ribu (Rp666 juta hingga Rp3,3 miliar) untuk setiap startup.
Dana investasi ini merupakan kelanjutan dari 500 Durians Fund I yang bernilai US$25 juta (sekitar Rp333 miliar), dan telah disalurkan ke berbagai startup tanah air seperti Bukalapak, Hijup, Kudo, Kredivo, hingga produsen sepatu kulit asal Bandung Bro.do.
Lalu mengapa 500 Startups kemudian menggandeng seorang selebritas seperti Ashraf Sinclair untuk membantu menyalurkan dana investasi baru tersebut?
Kesuksesan Ashraf Sinclair dengan Althea
Selain menjadi aktor dan bintang iklan, Ashraf Sinclair sebenarnya juga merupakan angel investor dalam berbagai bisnis. Ia telah melakukan investasi kepada restoran, pusat kebugaran, hingga perusahaan kosmetik asal Korea Selatan, Althea.
“Khusus untuk Althea, saya ingat waktu itu mereka tengah kesulitan untuk masuk ke Indonesia. Saya kemudian memperkenalkan mereka kepada istri saya (Bunga Citra Lestari), Christian Sugiono, serta Titi Kamal, dan kemudian kami sama-sama berinvestasi di situ,” kenang Ashraf.
Cara Ashraf berpikir, bertindak, dan memberikan nilai tambah kepada Althea kemudian menarik perhatian dari Khailee Ng, Managing Partner dari 500 Startups. Menurut Khailee, saat ini pendapatan Althea telah mencapai jutaan dolar (lebih dari Rp13 miliar) per bulan.
“Saya dan Ashraf punya banyak kesamaan. Kami sama-sama berasal dari Malaysia, kami punya beberapa teman yang sama. Dan yang terpenting, kami punya minat yang sama di dunia entrepreneurship,” tutur Khailee.
Hubungkan 500 Startups dengan pebisnis nonteknologi
Terkait alasan penunjukan Ashraf sebagai Partner, Khailee menyatakan kalau langkah ini sejalan dengan strategi 500 Startups yang ingin terhubung dengan lebih banyak pihak. Menurutnya, mayoritas koneksi yang dimiliki 500 Startups saat ini hanyalah orang-orang yang bergerak di bidang startup dan teknologi.
“Saya berharap, kehadiran Ashraf bisa menjadi jembatan yang menghubungkan kami dengan lebih banyak orang yang menjalankan bisnis di luar bidang teknologi,” tutur Khailee.
Hal ini seperti menghapus stigma kalau 500 Startups hanya memberikan pendanaan pada startup yang murni membuat produk teknologi. Padahal, mereka juga bisa berinvestasi pada bisnis konvensional (UKM) yang memanfaatkan teknologi untuk menjadi besar, seperti Bro.do, serta UKM yang sebenarnya punya potensi untuk menjadi besar apabila dibantu dengan teknologi.
Ashraf pun diharapkan bisa mempermudah para founder startup tanah air yang ingin terhubung dengan 500 Startups. Para founder tersebut bahkan bisa melakukan pitching atau mengirim pitch deck lewat email kepada Ashraf (ashraf@500.co) dalam Bahasa Indonesia.
“Mayoritas Indonesia mungkin tidak mengenal siapa itu Khailee dan apa itu 500 Startups. Namun mereka pasti mengenal Ashraf,” ujar Khailee.
Khailee menyatakan kalau 500 Startups sebenarnya membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin bergabung, asalkan mereka mempunyai nilai tambah yang bisa diberikan. Ia pun tidak bermasalah dengan status Ashraf sebagai selebritas. Ia mencontohkan bagaimana Ashton Kutcher yang merupakan seorang aktor, dan bisa menjadi investor sukses di Amerika Serikat.
Selain penunjukan Ashraf sebagai Partner, Khailee pun menjelaskan beberapa strategi lain dari 500 Startups untuk menjangkau lebih banyak pihak di berbagai negara. Seperti dengan usaha memperbanyak jumlah perempuan Indonesia yang bekerja di modal ventura, hingga mengirim perwakilan ke beberapa negara Afrika untuk mengetahui kondisi ekosistem startup di sana.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar