Rabu, 18 Oktober 2017

Ilmu Pengetahuan dan Skeptisisme




Ilmu pengetahuan merupakan cara berpikir dan bertindak tertentu yang bermanfaat untuk memahami berbagai pengetahuan yang diperoleh manusia, baik yang diterima secara langsung maupun tidak langsung (terjadi di masa lalu maupun masa kini). Hal-hal yang termasuk ke dalam cara berpikir manusia adalah semua hal mengenai ide, hipotesa, teori, dan paradigma. Sedangkan hal-hal yang termasuk ke dalam tindakan manusia adalah pengalaman, analisis statistik, penelitian lapangan, pengumpulan data, penemuan-penemuan, komunikasi dengan sesama, seminar (presentasi), dan tulisan-tulisan. Hal-hal yang termasuk ke dalam cara berpikir manusia itu dinamakan metode mental, sementara berbagai hal yang termasuk ke dalam tindakan manusia disebut metode sikap/kebiasaan.

Jika demikian, apa yang menjadi ciri khas ilmu pengetahuan? Metode apakah yang digunakan oleh, dan dalam ilmu pengetahuan? Apakah metode ilmu pengetahuan itu? Ada begitu banyak tulisan yang membahas mengenai metode ilmu pengetahuan ini. Namun, kata sepakat mengenai hal tersebut sangat sulit dicapai, atau setidaknya, di antara para ahli  memiliki rumusan hal itu yang saling berbeda mengenai hal tersebut. Namun demikian, hal ini tidak berarti mereka tidak mengetahui apa yang dilakukannya. Antara “melakukan” dan “menjelaskan” terdapat perbedaan, walaupun umumnya para ahli menjalankan proses “melakukan” dan “menjelaskan” tersebut.


Setidaknya ada empat hal atau langkah yang dilakukan para peneliti (termasuk orang yang menyebut dirinya skeptik), yakni:

1. Melakukan observasi (pengamatan). Dalam tahap ini orang melakukan pengumpulan berbagai data menggunakan pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya

2. Melakukan induksi. Dalam tahap ini orang menarik berbagai kesimpulan sementara yang diperoleh dari berbagai data yang telah dikumpulkannya pada tahap observasi. Pada tahap ini terbentuk hipotesis (tunggal) atau hipotesa (jamak).

3. Melakukan deduksi. Pada tahap ini orang membentuk teori (-teori) yang didasarkan pada berbagai kesimpulan yang diperoleh pada tahap induksi. Pada tahap ini hipotesis atau hipotesa melahirkan teori (-teori).

4. Melakukan verifikasi. Pada tahap ini teori (-teori) tadi diuji kesahihannya terhadap berbagai pengamatan yang terus dilakukan.

Keempat langkah/tahap di atas dapat disebut metode ilmu pengetahuan dan merupakan proses yang dilakukan secara berulang.

Hal yang selalu ditekankan dan diingat adalah, ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang selalu sama atau tidak pernah berubah atau kaku. Namun sebaliknya, ilmu pengetahuan tidak pernah “takut” atau tabu terhadap kata “perubahan.” Ilmu pengetahuan akan berubah mengikuti berbagai data, bukti, dan argumen yang masuk akal. Artinya, semua data, teori, fakta, dan argumen berjalan sejajar alias tidak terjadi pertentangan di antara hal-hal tersebut. Dengan demikian, melalui metode ilmu pengetahuan secara sederhana kita dapat memperoleh tiga hal yang umum:

1. Hipotesis/hipotesa: pernyataan (-pernyataan) yang telah diuji kesahihannya melalui berbagai penelitian dan/atau pengamatan.

2. Teori: pernyataan (-pernyataan) yang telah diuji kesahihannya melalui berbagai penelitian dan/atau pengamatan.

3. Fakta: kesimpulan (-kesimpulan) yang menegaskan dan memperkuat data-data yang sudah ada/diperoleh.

Ilmu pengetahuan membawa, memimpin, dan menuntun manusia menuju akal sehat, akar dari metode ilmu pengetahuan. Contoh ilmu pengetahuan yang menjadi akar metode ilmu pengetahuan adalah: bagaimana manusia dapat mengatakan bahwa bumi itu bulat?

1. Bayangan yang terlihat di bulan bulat.

2. Ujung layar/tiang kapal laut yang sedang berlayar terlihat paling akhir sebelum hilang di ujung laut.

3. Cakrawala berbentuk oval atau setengah melingkar.

4. Hasil foto yang dilakukan dari luar angkasa/bumi.

Ilmu pengetahuan juga akan sangat menolong kita supaya terhindar dari berbagai dogmatisme, seperti: menarik kesimpulan-kesimpulan yang hanya didasarkan pada otoritas tertentu, seperti: orangtua, keluarga, guru/dosen, dan pemuka/pemimpin agama. Ini artinya bahwa pandangan yang berasal otoritas  bukan sekadar diperhatikan melainkan harus diuji kebenarannya. Dengan demikian, kesimpulan tidak diperoleh karena berdasarkan pandangan orang lain, tetapi berdasarkan data, teori, dan argumen yang dilandaskan pada akal sehat. Namun demikian, bukan dogmatisme itu sendiri yang harus digugat, dipertanyakan, dan dianggap sebagai suatu hal yang tidak sahih, tetapi yang lebih penting adalah mempertanyakan: bagaimana otoritas tertentu (seorang atau kelompok) bisa sampai pada kesimpulan tertentu? Apakah kesimpulan yang mereka telah buat didasarkan pada akal sehat atau didasarkan pada yang hal lain.

Fakta Ilmiah.com - (Andy Milly)
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar